Senin, 20 Oktober 2008

Sukhoi Terbaru Milik TNI AU Termasuk Generasi 4+

Su-30MK2

SU-27 SKM

Jakarta - "Papan namanya masih seperti itu," kata Marsekal TNI Subandrio, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), saat mengunjungi kantor Skadron Udara 11 Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, beberapa waktu lalu.

Yang dimaksud adalah papan jadwal latihan rutin, serta misi yang sedang dan akan dijalankan empat pesawat Sukhoi TNI Angkatan Udara (AU) secara bergantian, plus nama penerbang yang menjalankan latihan dan misi.

Kantor Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin, memang sangat sederhana, terdiri atas dua lantai dan jauh dari kesan "heboh" mengingat dari sanalah rumusan latihan, misi dan segala yang menyangkut Sukhoi dilakukan.

"Tetapi sebentar lagi, kantor akan kami pindahkan ke gedung sebelah yang lebih besar dengan peralatan dan perlengkapan yang lebih baik," kata Komandan Skadron Udara 11, Mayor Pnb Iko Putro.

Inspeksi lalu dilanjutkan ke sudut-sudut ruangan lainnya, dan berakhir di hanggar Skadron Udara 11. Dua pesawat Sukhoi yakni Su-27SK bernomor seri TS-2701 dan SU-30MK bernomor seri TS-3001 tengah "bertengger" usai melakukan latihan rutin.



Dua lainnya, sedang dalam program pemeliharaan rutin di Skadron Teknik (Skatek) 034 di pangkalan udara yang sama.

Di hanggar itu, Kasau dan petinggi TNI AU lainnya, mendapat gambaran lengkap tentang kondisi empat Sukhoi yang dibeli pada 2003, termasuk persiapan skadron dan lanud bersangkutan menerima kehadiran tiga Sukhoi berikutnya, pada akhir Oktober 2008.

Indonesia mengutarakan minatnya terhadap Sukhoi dalam gelanggang Indonesia Air Show (IAS) 1996. Kala itu Rusia memboyong keluarga Sukhoi Su-27 dan varian SU-30.

Beberapa petinggi TNI, khususnya TNI AU dipersilakan menjajal pesawat canggih multifungsi buatan Rusia itu, dengan didampingi pilot uji Igor Vontisev.

Indonesia bahkan nyaris membeli satu skadron Sukhoi, namun krisis multidimensi pada 1997, menunda ambisi Indonesia untuk memperkuat angkatan udaranya.

Enam tahun kemudian, yakni April 2003 Presiden Megawati Sokarnoputri saat berkunjung ke Eropa Timur menegaskan kembali minat Indonesia membeli Sukhoi.

Dan pada Agustus 2003, dua Sukhoi SU-27SK dan dua Sukhoi SU-30MK secara bertahap tiba di Indonesia. Untuk mewujudkan satu skadron Sukhoi, Indonesia kembali membeli enam pesawat sejenis.

Kedatangan tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi TNI AU dari Rusia, hingga kini tinggal mendapat persetujuan DPR guna penerbitan L/C.

Perjanjian pinjaman (loan agreement) pembelian enam unit pesawat tempur Sukhoi dari Rusia untuk TNI AU, ditandatangani, oleh Departemen Keuangan dan Bank Natixis Perancis di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian pada 5 September 2008.

Perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi, pada 21 Agustus 2007, mengumumkan penjualan enam pesawat tempur kepada Indonesia senilai 300 juta dollar AS (Rp2,85 triliun).

Enam pesawat itu terdiri atas tiga SU-30 MK2 dan tiga SU-27 SKM, yang akan melengkapi empat pesawat Sukhoi yang sudah dimiliki TNI Angkatan Udara (TNI-AU) sejak September 2003.

Penandatanganan nota kesepahaman bagi pengadaan enam pesawat tempur ini berlangsung saat pembukaan Pameran Kedirgantaraan Moskwa 21 Agustus 2007.

Generasi 4+

Iko Putra yang baru kembali dari Rusia untuk belajar menguasai SU-27SKM dan 30MK-2 bersama dua rekannya, mengemukakan, meski tampilan luar tampak sama dengan empat Sukhoi TNI AU terdahulu, namun tiga Sukhoi yang akan datang lebih canggih.

Dibandingkan, SU-27SK, SU-27SKM telah mengalami modernisasi pada sistem kontrol tembakan, sistem avionik, sistem navigasi yang sudah terintegrasi dengan satelit dan alat pengisian bahan bakar di udara (refuelling system).

"Ada beberapa hal lagi yang membuat tiga Sukhoi mendatang lebih canggih dibandingkan yang ada saat ini," ujar Iko.

Hal itu diperinci, Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Arif Mustofa, penerbang Sukhoi generasi pertama yang ikut dalam beberapa kali negosiasi untuk pembelian enam Sukhoi mendatang.

"Dengan perbaikan dan peningkatan pada sistem kontrol tembakan, maka SU-27SKM tidak hanya mampu melakukan `air to air` tetapi juga `air to ground` sehingga mampu melakukan serangan darat (ground attack)," katanya.

Selain itu, dibanding SU-27SK, SU-27SKM telah mengalami peningkatan dengan avionik layar kaca berupa Multifunction Liquid-crystal Display/MLD dan Head-Up Display/HUD

Tidak itu saja, SU-27SKM juga menggunakan Radar Warning Receiver/RWR untuk memandu rudal antiradiasi Kh-31P, termasuk peningkatan Infrared Search-and-Track Device/IRST dengan penjejak laser untuk melepaskan rudal laser "beam riding".

Yang membedakan dengan pendahulunya lagi, SU-27SKM berkemampuan membawa senjata yang lebih beragam seperti rudal udara ke udara RVV-AE "active radar homing", rudal udara ke permukaan Kh-29T (TE), Kh-29L, Kh-31P, Kh-31A, serta bom berpemandu KAB-500Kr dan KAB-1500 Kr.

"Semua persenjataan itu, dibawa dalam sepuluh `external stores` atau cantelan," tutur Arif, yang memiliki call sign "Thunder-133".

Untuk konfigurasi "combat load" persenjataan SU-27SKM terdiri atas enam rudal RVV-AE, empat rudal udara ke permukaan, atau empat bom berpemandu dengan bobot masing-masing 500 kilogram dan satu bom berpemandu berbobot 1.500 kilogram.

Dengan segala persenjataan itu, SU-27SKM masih bisa membawa beragam persenjataan berupa roket dan rudal yang diaplikasikan pada SU-27SK.

Dan dengan perangkat pengisian bahan bakar di udara, SU-27SKM mampu terbang lebih lama lagi dengan daya jelajah yang lebih jauh.

Untuk SK-30MK2, menurut Arif, tidak ada banyak perubahan hanya peningkatan dari sistem yang sudah ada di SU-30MK. "Dengan segala kelebihan pada SU-27SKM dan SU-30MK2, maka pesawat-pesawat Sukhoi mendatang termasuk pesawat tempur generasi 4+.

"Bahkan penempur generasi 4+, siap ditandingkan dengan penempur generasi 5 buatan negara lain. Dengan adanya SU-27SKM dan 30MK2, tentu akan meningkatkan derajat kesetaraan perimbangan kekuatan regional," kata Arif lagi.

Hanggar dan Pilot

Menyambut kedatangan tiga Sukhoi generasi 4+, TNI AU khususnya Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin, terus berbenah tidak saja dari segi infrastruktur seperti hanggar yang lebih besar dan modern, serta sumber daya manusianya.

"Kami telah membangun hanggar yang telah mencapai 80 persen penyelesiannya, tinggal membangun instalasi listriknya," ungkap Iko Putra kepada Kasau Marsekal TNI Subandrio.

Selain infrastruktur, Skadron Udara 11 juga telah mengajukan delapan nama calon penerbang Sukhoi serta beberapa teknisi, untuk belajar ke Rusia.

Para calon penerbang Sukhoi itu diambil dari penerbang-penerbang F-5 Tiger, F-16 Figting Falcon dan Hawk, dan harus sudah mengantongi 300 jam terbang.

"Bahkan landasan di Lanud Sultan Hasanuddin, juga tidak ada masalah. Semuanya, sudah siap," ujar Iko yang dibenarkan Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti.

Menanggapi berbagai laporan, penjelasan dan hasil pemantauan langsung, Kasau Subandrio berpesan agar Skadron Udara benar-benar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

"Pesawat ini sangat mahal, pemeliharaannya apalagi, jadi manfaatkan sebaik-baiknya, rawat sebaik-baiknya. Karena inilah salah satu daya tangkal kita yang dapat diandalkan," ujarnya singkat.(antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine