Tujuh perusahaan dari lima negara menyatakan minatnya membangun kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) TNI AL. KASAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, dua perusahaan Jerman dan Rusia, serta galangan kapal Italia, Belanda, dan Korea bersedia bekerjasama dengan PT PAL dalam pembangunan kapal tersebut.
"Kami masih menimbang mana yang terbaik," katanya kepada Jurnal Nasional di Jakarta, akhir pekan lalu (30/1).
Tedjo menegaskan, selain harga, transfer teknologi menjadi faktor penentu yang tidak bisa ditawar-tawar. Pembangunannya harus dilakukan di PT PAL, Surabaya. "Kalau tidak ada alih teknologi kapan Indonesia mandiri," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini tim dari Markas Besar TNI AL intensif melakukan kajian spesifikasi teknis dan persyaratan operasional yang dibutuhkan. Setelah selesai, kajian diserahkan ke Markas Besar TNI dan Departemen Pertahanan.
"Tahun ini ditargetkan kontrak pembuatannya selesai," katanya. Alasannya, pengadaan senjata strategis itu masuk dalam rencana pembangunan TNI AL 2004-2009.
Meski ada pengaruh krisis keuangan yang melanda dunia, Tedjo tetap optimistis target tersebut dapat terealisasi. "Asalkan memiliki tekad bersama pasti bisa," kata Tedjo.
Saat ini TNI AL punya 13 kapal perusak kawal rudal. Enam kapal fregat kelas Van Speijk dengan rudal Harpoonnya, empat kapal kelas Fatahillah dengan Exocett MM-38, serta tiga korvet Sigma yang gress datang dari Belanda.
Indonesia memesan empat korvet Sigma dengan nilai total nilai 700 juta Euro (sekitar Rp8 triliun). KRI Diponegoro-365, KRI Sultan Hasanuddin-366, dan KRI Sultan Iskandar Muda-367 telah memperkuat TNI AL. Satu kapal terakhir KRI Frans Kaisiepo-368 diperkirakan tiba April 2009 mendatang.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul menjelaskan, nantinya kapal perusak tersebut berjenis fregat sehingga ukurannya lebih besar dan persenjataannya lebih lengkap dibanding dengan korvet Sigma.
"Otomatis harganya lebih mahal," katanya. Meski hanya memesan satu kapal, Iskandar optimistis kekurangan kapal berkategori tempur dapat terus ditingkatkan di masa mendatang.
Dia mengakui, matra laut sadar penuh anggaran pertahanan ideal tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Pihaknya hanya meminta pembangunan kekuatan minimal untuk mengamankan perairan Indonesia yang sedemikian luas.
"Kapal yang terbatas, disiasati dengan data intelijen yang kuat dan akurat," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1980 itu.
Sumber : JURNAS
Senin, 02 Februari 2009
Lima Negara Berminat Bangun Kapal Perusak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Jakarta - TNI AL siap siaga menghadapi terorisme di laut. Sejumlah latihan sudah dilakukan demi kesiapan menanggulangi ancaman di wilayah pe...
-
ARMATIM (20/1),- Setelah menempuh pelayaran selama empat hari, KRI Teluk Cendrawasih-533 dengan komandan kapal Mayor Laut (P) Baharudin Anwa...
-
SURABAYA - Kapal Perang RI (KRI) Kupang-582 dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) bocor dan hampir tenggelam karena dihantam omba...
-
JAKARTA - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso meminta DPR dan pemerintah serius dalam mempersiapkan kemandirian alat...
-
TNI Angkatan Darat (AD) menggelar latihan bersama Tentara Nasional Singapura, Kamis (24/10). Latihan dibuka di Lapangan Markas Rindam I/Buki...
-
PARIS - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Kamis (16/4), beserta rombongan, melakukan kunjungan kerja ke Menteri Pertahanan Perancis Hervĕ...
-
PUSPEN TNI (14/11) - Pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Kontingen Garuda XX-F membantu pasukan tentara pemerintah Kongo (FARDC) memeran...
-
KRI Lambung Mangkurat-874 dari Satuan Kapal Patroli (Satrol) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) menangkap kapal ikan berbendera Ind...
-
JAKARTA - Pemerintah Indonesia kembali mengirim pasukan TNI sebanyak 1.136 personel ke Lebanon untuk bergabung dalam Pasukan Pemelihara Perd...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar