Selasa, 21 Oktober 2008

Apakah al-Qaeda menang?

Tujuh tahun setelah 9/11, celaan terus berlanjut.

"Biarkan kami mendirikan negara Islam Shura yang akan menyatukan umat Islam sedunia dalam kebenaran dan keadilan," ujar siaran internet al-Qaeda.

"Satu kata protes dari Amerika akan dihancurkan dengan ribuan bom Islam."

Namun sejak pagi hari tahun 2001 itu, al Qaeda tidak pernah melakukan satu sreangan di dalam wilayah Amerika - dan tahun ini kepala CIA mengatakan kelompok itu mengalamai "kekalahan strategis."

Seberapa kuat al-Qaeda sebenarnya?



"Sekumpulan pecundang"

Para pejabat intelijen Pakistan mengatakan bahwa organisasi itu sekarang hanya terdiri dari 80 orang di negaranya.

Mereka mengatakan al-Qaeda hanya ada di wilayah kesukuan karena aliansinya dengan Taleben yang berjumlah lebih banyak.

Namun masalahnya adalah serangan militer Amerika di wilayah kesukuan baru-baru ini menyatukan berbagai kelompok radikal Islam yang berbeda.

"Jika Taleban dihormati, jika mereka diperlakukan sebagai rekanan yang sebenarnya dan pelaku di Afganistan, Saya yakin mereka memainkan peran penting dalam mengatasi ancaman dari al-Qaeda," ujar pengamat keamanan, Zaid Hamid.

"Jika Barat serius untuk menghadang al-Qaeda, mereka harus berhubungan dengan Taleban...Kini terjadi perpecahan antara al-Qaeda dan Taleban.

"Dan jika Barat tidak bisa melihat ini atau memanfaatkannya, atau jika Pakistan tidak mengeri ini, dunia akan menjadi sekumpulan pecundang."

Akan tetapi, Barat bukannya berunding dengan Taleban malah memeranginya. Dan ini bukan untuk pertama kali.

Ketika Kabul jatuh ke tangah Amerika setelah peristiwa 9'11, ratusan pejuang al-Qaeda melarikan diri dari Afganistan dan membuka fron baru - di Arab Saudi.

Al-Qaeda menyerang kompleks perumahan Barat, membunuh perwira senior polisi dan terlibat tembak menembak di kota-kota negara itu.

Namun, pihak berwenang Arab Saudi menang.

"Jika kita bayangkan al-Qaeda sebagai organisasi, mereka telah dihancurkan," ujar Rahman al-Hadlaq, dari departemen dalam negeri Arab Saudi. "...dengan menangkap para pemimpin dan pengikut mereka, artinya menghancurkan organisasinya."

Musuh berat

Sebagai negara kaya - pendapatan dari minyak mencapai 1 miliar dolar per hari -negara Arab Saudi memiliki kekuatan untuk membereskan masalah, seperti menghabisi al-Qaeda.

Namun di Yordania, ceritanya berbeda. Di sana ada seseorang yang mengaku merekrut pejuang untuk al-Qaeda - terutama untuk di Irak.

"Semua orang di dunia tahu bahwa Amerika melancarkan perang suci melawan Islam di bumi ini. Irak adalah salah satu lokasi," ujarnya.

"Adalah tugas semua muslim untuk mendukung Jihad dan Mujahidin dalam perang melawan pendudukan ini. Jadi kami pergi ke Irak untuk melindungi tanah kami...untuk mengusir Amerika dan melindungi kekayaan kami."

Meski demikian, al-Qaeda mendapat musuh berat di Irak.

Di sebuah markas militer Amerika di luar Baghdad terlihat besaran skala operasi Amerika.

Helikopter terbang dan mendarat setiap beberapa menit, memulangkan tentara dan mengangkut tentara baru.

Ini merupakan pameran kekuatan yang luar biasa dan Amerika pun semakin percaya diri - salah satu pensiunan Jenderal baru-baru ini menulis bahwa para pemimpin al-Qaeda di Irak "mayat berjalan".

"Kami melakukan operasi serangan ke sasaran lokasi mereka, intelijen mengatakan lokasi baru mereka," ujar Kolonel Gerry O'Hara.

"Jadi kami tidak hanya menerapkan operasi yang melebihi mereka, kami juga memiliki operasi untuk rute pelarian yang akan mereka pakai guna pindah ke tempat lain," ujarnya.

"Kami tidak memberi mereka harapan. Kami membuat semua lokasi yang aman bagi mereka mejadi tidak ada."

Serangan baru?

Maalah al-Qaeda bertambah dengan peningkatan jumlah kehadiran Amerika pada tahun 2007.

Amerika tidak hanya menambah jumlah tentara di Irak tetapi juga membayar para pemimpin Sunni untuk menentang al-Qaeda.

Langkah itu disebut kebangkitan kaum Sunni.

Osama bin Laden mendesak para pejuang memaksa Amerika masuk ke dalam "perang berlama-lama, melelahkan dan jarak dekat" khususnya di wilayah perkotaan.

Namun Nabil Haj, seorang penasehat militer Amerika di irak, mengatakan strategi itu gagal.

"Kami memaksa al-Qaeda keluar dari wilayah perkotaan seperti Ramadi, Falluja, Baquba, pusat kota Baghdad. Mereka dipaksa masuk ke wilayah pedesaan," ujarnya.

"Jadi mereka benar-benar menghilang".

Namun di saat kampanye al-Qaeda di Irak dan Arab Saudi gagal, organisasi ini masih bisa melakukan rekrutmen.

Kaum jihadis Aljazair telah bersumpah setiap pada al-Qaeda, dan para pejabat negara Barat pun khawatir dengan perkembangan di Maroko, Tunisia dan Somalia.

Dan negara Barat sadar akan aa serangan besar lain - mungkin dengan senjata penghancur masal.

Kepala CIA, Jenderal Michael Hayden, memperingatkan akan generasi baru anggota al-Qaeda yang dibesarkan di negara barat.

Hal ini pun membuat para pejabat Uni Eropa khawatir.

"Pakistan sangat penting - sebagai tempat melatih orang dan tempat persembunyian anggota al-Qaeda," ujar Gilles de Kerchove, koordinator kontra terorisme Uni Eropa.

"Di lain pihak, ada perkembangan baru dimana muncul terorisme yang tumbuh di dalam negeri, dimana orang mendapat informasi ini dari internet dan tidak berlatih," tambahnya.

"Hal ini berita bagus karena serangan yang akan dilakukan tidak akan canggih."

Meski demikian, dengan satu serangan al-Qaeda situasi sekaran gini bisa berubah.

Sekarang ini organisasi itu memang menurun, namun tidak berarti hilang sama sekali.(BBC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine