HDW-Jerman menawarkan alih teknologi kapal selam kelas 214
JAKARTA - TNI AL akan menyerahkan spesifikasi teknis dan persyaratan operasional kapal perusak kawal rudal ke Departemen Pertahanan (Dephan), akhir bulan Maret ini. Pasalnya, Dephan menargetkan penandatanganan kontrak pengadaan satu kapal selam dan kapal perusak dilakukan Juni 2009. "Setelah diserahkan, akan diproses tim evaluasi pengadaan," kata Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno di Jakarta, Jumat (20/3) pekan lalu.Langkah ini sebagai tindak lanjut percepatan penyerapan sisa anggaran pertahanan dari Kredit Ekspor periode 2004-2009 yang mencapai U$1,2 miliar dolar atau sekitar Rp.14 triliun.
Tedjo mengatakan, saat ini tinggal tiga negara produsen yang dinyatakan memenuhi syarat mengikuti tender pengadaan, yakni Italia, Belanda, dan Rusia. Selain harga, transfer teknologi menjadi faktor penentu. Pembangunan di PT PAL, Surabaya tidak bisa ditawar-tawar. "Kalau tidak ada alih teknologi, kapan Indonesia mandiri," katanya.
Matra laut menyiapkan spesifikasi kapal perusak. Sedangkan kapal selam dipegang langsung Dephan. Direktur Jenderal Sarana Pertahanan, Dephan, Marsekal Muda Eris Herryanto mengatakan, telah ada dua produsen kapal selam yang telah melakukan presentasi, yaitu galangan kapal dari Jerman dan Korea Selatan. Keduanya telah menyatakan siap melakukan alih teknologi. "Mereka sama-sama menjamin kapal selam keempat bisa dibangun di Indonesia," kata dia.
Eris menjelaskan, pembangunan kapal selam memakan waktu tujuh tahun. Karena itu, ketika ada dana, sudah sepantasnya kontrak langsung disepakati.
Saat ini TNI AL punya 13 kapal Perusak Kawal Rudal (PKR). Enam kapal fregat kelas Van Speijk dengan rudal Harpoonnya, empat kapal kelas Fatahillah dengan Exocett MM-38, serta tiga korvet Sigma yang gres datang dari Belanda. Untuk kapal selam, TNI AL memiliki dua, yakni KRI Cakra dan Nanggala.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul menjelaskan, meski hanya memesan satu kapal selam dan perusak, efek tangkal yang dihasilkan cukup besar. "Karena keduanya kapal berkategori tempur," kata dia.
Dia mengakui, anggaran pertahanan ideal tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Pihaknya hanya meminta pembangunan kekuatan minimal untuk mengamankan perairan Indonesia yang sedemikian luas. "Kapal yang terbatas, disiasati dengan data intelijen yang kuat dan akurat," kata dia.
Sumber : JURNAS
Senin, 23 Maret 2009
Kontrak Pengadaan Kapal Selam dan Kapal Perusak Ditargetkan Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
JAKARTA - Dua unit pesawat jet tempur Sukhoi baru TNI Angkatan Udara (AU) yang tiba di Indonesia pada 26 Desember 2008, kini mulai menjalani...
-
Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin kedatangan keluarga baru. Tak lain yakni 2 pesawat jet Shukoi dengan tipe SU 30 MK2 asal...
-
Jakarta - Mabes TNI Angkatan Darat (AD) menyatakan, akan memperkuat pos-pos pengamanan TNI di Papua, terutama di titik-titik rawan seperti d...
-
Pilot Russia, Pavel Tarakanov dan Alexander Demchenko usai menjalani test flight di wilayah udara sekitar Kota Maros dan Makassar Selasa (6/...
-
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso melepas keberangkatan KRI Diponegoro-365 sebagai Satgas Maritim TNI Kontigen Garuda (Konga...
-
JAKARTA - Salah satu armada laut yang dimiliki TNI AL, KRI Diponegoro-365, dipastikan akan bertolak ke Lebanon pada 13 Februari 2009 untuk b...
-
JAKARTA - Departemen Pertahanan (Dephan) dan Mabes TNI mengurangi jumlah personel yang direkrut. Kebijakan itu tertuang dalam tiga langkah D...
-
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan melalui Pembinaan Teritorial (Binter) yang sempat mendapat sorotan tajam dari masyarakat, Kamis tanggal 26 P...
-
SALORE - Wakil Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur (STPPIT) Markas Besar TNI, Mayor Infantri Anak Agung Krisna...
-
JAKARTA - Departemen Pertahanan tetap berencana membeli pesawat Hercules dari Amerika Serikat. “Kami masih perhitungkan dan sedang jajaki pe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar