KRI Nuku 873 salah satu kapal perang TNI AL jenis korvet yang bertugas mengawasi alur perairan di Selat Makassar.
27 Agustus 2009, Makassar -- Selat Makassar masih rawan disusupi kapal-kapal asing dari arah selatan dan utara Tanjung Mangkaliat. Hal itu diungkapkan Asisten Operasi (Asops) Lantamal VI Letkol Laut Muhammad Ali di Makassar, Rabu (26/8).
"Arah selatan berasal dari selat Lombok. Ujung utara Tanjung Mangkaliat adalah Laut Sulawesi yang berdekatan dengan kawasan blok Ambalat," ujarnya.
Penyusupan kapal-kapal asing milik Malaysia, ungkap Ali beberapa bulan terakhir ini masih terus berlangsung di blok Ambalat. Bahkan, pelanggaran kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah itu telah mencapai puluhan kali. "Mereka masih menganggap wilayah itu adalah milik mereka, sementara kita menganggap itu daerah kita. Jadi masih ada perbedaan," ujarnya.
Namun, TNI AL tetap menghindari adanya kontak senjata melalui jalur damai. Peringatan yang dilakukan hanya dilakukan dengan cara komunikasi. Sejauh ini, keamanan alur laut tersebut dibawah kordinasi Komando Armada Timur (Koartim) yang berpangkalan di Surabaya. Untuk mengamankan alur tersebut, hanya diturunkan lima kapal perang yang secara bergantian bertugas diantaranya KRI Nuku, KRI Hasanuddin, dan KRI Slamet Riyadi. "Kita menghindari kapal-kapal asing itu jangan sampai memasuki wilayah perairan ALKI 2," ungkapnya.
TNI AL Fokus Jaga Pulau Terluar
Permasalahan soal pulau kembali mencuat. Kasus kali ini tidak terkait dengan negara tetangga melainkan pelelangan pulau-pulau kecil di Kabupaten Mentawai.
Meski tugas penjagaan kedaulatan ada di tangan TNI, khususnya TNI AL, mereka mengatakan persoalan penjualan pulau bukan tanggung jawab mereka. Apalagi, ketiga pulau yang dilelang bukanlah termasuk dua belas pulau terluar yang menjadi fokus penjagaan marinir.
"Kalau Kepulauan Karimun, itu masuk zona aman karena termasuk pulau dalam, bukan pulau luar. Jadi, kalau ada isu penjualan itu, tanyakan pada pemdanya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul kepada Media Indonesia di Jakarta, Rabu (26/8).
Jika terkait pulau terluar, ia tegaskan bahwa TNI AL tentu mengerahkan kapal patroli untuk menjaga kedaulatan kawasan Indonesia. Selain itu, TNI AL menempatkan marinir ke-12 pulau strategis.
"Kapal itu berkeliling terus. Terutama, untuk daerah yang rawan. Misalnya, kita menempatkan enam kapal di wilayah Ambalat atau menempatkan kapal di wilayah barat," sahutnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal KP3K Alex SW Retraubun menyatakan bahwa penjualan pulau dilarang di Indonesia. Namun, jika pulau tersebut disewakan, itu tetap diperbolehkan. "Kalau for hire oke, tapi for sale tidak ada," tandasnya.
MEDIA INDONESIA
Kamis, 27 Agustus 2009
Selat Makassar Rawan Disusupi Kapal Asing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Tiga Sukhoi Su-27 SKM Tiba 5 September JAKARTA - Tiga pesawat Sukhoi buatan Rusia jenis Su-27SKM direncanakan datang 5 September 2010. Ketig...
-
JAKARTA - Departemen Pertahanan menyatakan, pengadaan dua kapal selam baru bagi TNI Angkatan Laut akan ditunda sampai 2011, karena keterbata...
-
11 Oktober 2009, Bandung -- PT Pindad (Persero) Oktober ini akan mengekspor 1 juta butir amunisi ke sebuah klub olahraga menembak di Amerika...
-
SAMARINDA - Jajaran TNI akan segera membangun pangkalan udara (Lanud) di Kabupaten Berau (Kalimantan Timur), maksud pembangunan lanud ini be...
-
JAKARTA - Departemen Pertahanan (Dephan), Departemen Keuangan (Depkeu) dan Bappenas mengadakan rapat koordinasi rutin pengadaan alat utama s...
-
JAKARTA - Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat (US Marine Corps/USMC) sepakat untuk meningkatkan kerja sama, te...
-
Jakarta - Belum genap 2 bulan setelah jatuhnya pesawat Fokker A 2703 di Bandung, kini TNI AU kembali berduka. Sebuah pesawat Hercules C-130 ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar