Minggu, 19 Oktober 2008

PM Hun Sen: Bentrokan Di Perbatasan Dengan Thailand Tidak Meningkat


Phnom Penh - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Jumat [17/10] mengatakan bentrokan perbatasan dengan Thailand pekan ini di sekitar kuil Preah Vihear yang berumur 900 tahun itu tidak akan meningkat menjadi konflik yang lebih luas dan serius.

“Rakyat harus mengerti bahwa tidak akan ada perang berskala luas terjadi,” katanya kepada wartawan setelah sidang kabinet mingguan, dan menambahkan penduduk yang tinggal dekat perbatasan itu tidak perlu kuatir.


Kedua pihak berusaha meredakan ketegangan sejak tiga tentara Kamboja tewas dalam baku tembak 40 menit di sepanjang perbatasan yang disengketakan dekat kuil itu.

“Perundingan-perundingan kemarin sangat baik, walaupun kita tidak mencapai tujuan yang kita inginkan. Situasi di perbatasan umumnya baik,” kata Hun Sen.

Ia membantah tuduhan-tuduhan Thailand bahwa tentara Kamboja menempatkan ranjau-ranjau baru di sepanjang perbatasan itu, yang merupakan salah satu dari perbatasan-perbatasan paling banyak ranjau di dunia setelah puluhan tahun perang saudara , termasuk pendudukan selama bertahun-tahun oleh Khmer Merah pimpinan Pol Pot.

Hun Sen mengatakan tidak perlu pihak luar, seperti PBB atau ASEAN melibatkan diri dalam sengketa itu.

Beberapa pengamat mengaitkan pecahnya pertempuran di perbatasan itu dengan ketidakstabilan politik yang melanda Thailand dalam tiga tahun belakangan ini, dan yang agaknya mencapai klimaks lain.

PM Thailand Somchai Wongsawat mengusulkan satu pertemuan mitra-mitra koalisinya , Jumat di tengah-tengah meningkatnya spekulasi bahwa ia akan mengusulkan pemilu dipercepat setelah panglima militer mengatakan ia harus mengundurkan diri.

“Saya agak ragu bahwa tindakan Thailand itu lebih mencerminkan nasionalisme yang meningkat yang menurut militer mereka harus menunjukkan untuk menjaga penduduk berada di pihak mereka,” kata Derek Tonkin , mantan dubes Inggris untuk Thailand. Kuil Preah Vihear membangkitkan semangat nasionalis di kedua negara selama beberapa generasi.

Mahkamah Internasional memutuskan pada tahun 1962 kuil itu milik Kamboja, satu keputusan yang melukai perasaan Thailand sejak itu, tetapi gagal menetapkan kepemilikan tanah seluas 4.6 hektar dekat reruntuhan kuil Hindu itu.

Sebelumnya dalam sidang kabinet itu, Hun Sen mengimbau peningkatan pengeluaran militer , pertama sejak ambruknya Khmer Merah tahun 1998.

Ia juga menyerukan pengheningan cipta selama satu menit pada awal sidang kabinet itu untuk para tentara Kamboja yang tewas pekan ini. “Mereka mengorbankan nyawa mereka untuk membela negara kita dalam menghadapi satu invasi asing,” katanya. ( antara )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine