Semarang - Buah dari prinsip "soft power" (lunak) yang dijalankan
oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia kembali ke pentas terhormat dunia internasional, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Buah soft power, Indonesia akhir-akhir ini kembali ada di pentas terhormat di internasioanal,...kita belasan tahun diembargo senjata kini usai tanpa perlu merengek, kita hadapi masalah Timor Leste..sekarang bersahabat," katanya dalam orasi Kebudayaan Nasional dalam Dies Natalis ke-51 Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut Kepala Negara, Indonesia tetap menjalankan politik bebas aktif namun kali ini dengan sistem diplomasi segala arah yang memungkinkan menjalin kemitraan dengan berbagai negara di dunia.
"Kita menjalin kemitraan dan bersahabat dengan berbagai negara sepanjang menguntungkan kepentingan bangsa dan negara," katanya.
Sekalipun menjalankan prinsip soft power, Presiden menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang boleh mendikte arah reformasi yang sedang dilakukan Indonesia.
"Kita tolak intervensi mana pun soal bagaimana negara ini menjalankan reformasi dengan baik," katanya.
Presiden berkata, dalam Asia Europe Meeting (ASEM) di Beijing pekan lalu, ia telah
menyampaikan kritiknya terhadap penggunaan "hard power". "Saya menyampaikan kritik di depan para pemimpin bahwa masih banyak pemikiran yang menggunakan hard power."
Abad 20, lanjut Presiden, adalah abad yang penuh hard power yang ditandai dengan dua perang dunia dan konflik. "Saya harap abad ini bisa menjadi abad soft power," ujarnya.
Indonesia, lanjut Presiden, konsisten menjalankan diplomasi soft power. "Satu-satunya kita menggunakan hard power adalah apabila kedaulatan dan keutuhan negara kita terancam. Itu sudah final,,...kalau perlu digunakan instrumen militer," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia sukses terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dua kali anggota Dewan HAM PBB dan salah satu negara kunci dibalik terwujudnya Peta Jalan Bali mengenai Perubahan Iklim.
Lebih lanjut Kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia sedang melakukan
transformasi besar-besaran yang bertahap dan terus menerus.
"Bertahap bukan berarti lambat dan ragu-ragu karena perubahan yang terlalu cepat apalagi bila radikal seringkali tidak berhasil," katanya.
Presiden menilai wajar jika suatu perubahan sudah pasti banyak mendapat perlawanan namun semua pihak terutama yang mendapat amanah rakyat harus tetap memiliki keyakinan sebagai kekuatan mora
Kamis, 30 Oktober 2008
"Soft Power" Kembalikan Indonesia ke Pentas Internasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Jakarta, Indonews -- Pengamat politik LIPI Dr Hermawan Sulistio, di Jakarta, Sabtu, mempertanyakan kemampuan negara membiayai kegiatan wajib...
-
Jakarta - Pemerintah Indonesia segera memperbaharui mesin, suku cadang, dan komponen kritis pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI Angkatan...
-
Jakarta - Permintaan Presiden SBY agar pengamanan Indonesia diperketat supaya aksi terorisme seperti di Mumbai, India tidak terjadi di Indon...
-
Magelang - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan bahwa pembuatan kapal jenis Perusak Kawal Ruda...
-
PUSPEN TNI (9/12) - Mr. Don Too (eks serdadu Malaysia) memimpin inspeksi perlengkapan Kontingen Indonesia yang bertugas di Kongo, Senin (8/1...
-
SEORANG advokat terkenal, Adnan Buyung Nasution mengusulkan agar perundingan sengketa perbatasan Indonesia-Malaysia, khususnya kawasan Ambal...
-
PUCKAPUNYAL - Untuk kesekian kalinya TNI AD berhasil menjuarai lomba menembak Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM) tahun 2009 di Au...
-
Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla membuka Pameran Pertahanan Indonesia (Indo Defence) dan Pameran Dirgantara Indonesia (Indo Aer...
-
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta pengamanan di Indonesia diperketat terkait ledakan bom dan serangan teroris di Mum...
-
JAKARTA - Pemerintah Indonesia sedang menjajaki kembali kemungkinan pelatihan bagi anggota Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopass...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar