Senin, 17 November 2008

Polandia-Indonesia : Melongok Radar di Radwar

"Ini radar yang persis sama dengan yang dibeli Indonesia. Hanya saja, kendaraannya berbeda".

Kalimat itu diucapkan Marek Borejko, Marketing Director Radwar SA, kepada kami, pada suatu pagi yang dicurahi gerimis, akhir September 2008.

Telunjuknya lantas mengarah ke kendaraan lain di halaman kantor Radwar SA. ”Kalau itu radar yang persis sama dengan pesanan pertama Indonesia,” ujar Borejko.

Bersama Piotr Dorywalski, Senior Marketing Manajer Radwar SA, Borejko menjelaskan kepada kami, wartawan dari Kompas, The Jakarta Post, dan Bisnis Indonesia, mengenai industri yang memproduksi alat-alat pertahanan di Polandia itu. Tergambar juga hubungan Indonesia dengan negara di wilayah Eropa Timur itu sejak bertahun-tahun silam.

Radwar, scientific-industrial centre of professional electronics, berkantor di Poligonowa, Warsawa, Polandia. Perusahaan yang berdiri tahun 1954 itu sebenarnya telah memproduksi radar (radio detecting and ranging) pada tahun 1948. Mengusung konsep radarnya sendiri, Polandia yang sempat terisolasi dari negara-negara lain karena status negara komunis itu berhasil menjual radar pada tahun 1954 ke Siria dan Jordania.

Sejak 2002, Radwar tergabung dengan sejumlah perusahaan lain dalam Bumar Grup, perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah, semacam badan usaha milik negara (BUMN). Bumar menjadi induk dari sejumlah perusahaan industri sarana militer dan pertahanan. Saat ini, produksinya antara lain amunisi, tank, dan berbagai peralatan optik kebutuhan pertahanan.

Sebelum bergabung dengan Bumar Grup, 95 persen aktivitas Radwar adalah membuat radar. Kini, hanya 15-20 persennya membuat radar. Sisanya, sistem pertahanan.

Radwar telah menghasilkan 6.000 radar dan sistemnya serta 180 paten berkaitan dengan sistem radar. Kerja sama telah dijalin dengan lebih dari 100 perusahaan di 36 negara, antara lain Algeria, India, Italia, Libya, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, dan Swedia.

Hubungan Indonesia dengan Polandia melalui Radwar dimulai pada tahun 1955, saat Indonesia untuk pertama kalinya membeli radar jenis NYSA-B. Berikutnya, Radwar menjalin kerja sama dengan PT Pindad, BUMN Indonesia yang bergerak di bidang produk militer dan produk komersial. Pada bulan September 2004, Radwar bekerja sama dengan PT Len Industri, BUMN yang bergerak di bidang elektronika untuk industri dan manufaktur.

Borejko menyampaikan, Radwar ingin mengembangkan hubungan dengan Indonesia—maupun negara-negara lain—tak hanya sebatas hubungan pembeli-penjual, tetapi juga transfer ilmu dan keahlian.

”Dalam catatan kami, konsumen terbesar kami adalah Indonesia. Sementara, konsumen terbesar kedua adalah Polandia,” kata Borejko.
Kerja sama

Radwar bahkan bersedia bekerja sama dengan Indonesia dalam membangun industri radar untuk keperluan alat pertahanan di Indonesia. Kerja sama dapat dijalin dengan pemesanan atau kontrak pengadaan 50 radar. Paling tidak, dibutuhkan 10 juta dollar AS untuk memulai industri radar di Indonesia.

Industri radar tersebut, tambah Borejko, menjadi hal yang penting di Indonesia. Pasalnya, Indonesia adalah negara kepulauan, dengan garis pulau yang sangat panjang dan wilayah yang luas untuk dijaga. ”Dengan long range radar, dan tak cukup hanya satu sampai tiga radar. Butuh radar yang banyak untuk mengamankan wilayah Indonesia,” saran Borejko.

Menurut pendapat Borejko, sebenarnya Indonesia sudah siap untuk memiliki industri radar tersebut. Dengan bekal dasar manufaktur PT LEN dan PT Pindad, industri tersebut dapat dijalankan setahap demi setahap.

Maciej Orzechowski, anggota parlemen Polandia dari komisi hubungan luar negeri, mendukung tawaran kerja sama tersebut. ”Kerja sama dalam industri militer penting dalam hubungan Polandia-Indonesia,” katanya.

Duta Besar Indonesia untuk Polandia Hazairin Pohan yang ditemui di Warsawa, Polandia, menuturkan bahwa revitalisasi industri pertahanan menjadi isu penting bagi Polandia. Pada tahun 2003-2008, Pemerintah Polandia menyediakan semacam kredit pengadaan senjata bagi negara-negara lain, sebesar 405 juta dollar AS. Bentuknya beragam, antara lain helikopter, kapal patroli, sky truck, dan radar.

Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan RI Marsekal Muda Eris Herryanto, saat dihubungi Kompas, Sabtu (8/11), menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, Indonesia sudah tidak lagi membeli radar dari Polandia. ”Kami beralih ke Perancis,” katanya.

Mengenai tawaran kerja sama industri radar, menurut Eris, tawaran itu boleh-boleh saja. Namun, saat ini justru Indonesia tengah mencoba mengembangkan radar sendiri.

”Meski memungkinkan untuk bekerja sama dan membuat industri sendiri, namun saat ini belum sejauh itu. Sementara ini belum bisa dilakukan. Indonesia masih memilih untuk membeli radar dari negara lain,” ujar Eris, menjelaskan.

Menjejak industri radar di Polandia, mendadak teringat Indonesia dengan beribu pu- lau dan lautan luasnya yang harus dilindungi.... (sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine