Senin, 13 April 2009

Petaka Menjelang Hari Jadi







Tak disangka musibah kembali datang menjelang hari jadi TNI AU. Senin, 6 April 2009 lalu menjadi hari yang kelabu atas tewasnya 18 personel Paskhas AU dan 6 awak pesawat.

Tak ada yang aneh dengan pagi yang cerah itu, begitu pula dengan keberangkatan pesawat Fokker-27 TS (TroopShip) bernomor registrasi A2703 milik Skadron II Wing 1 Halim Perdanakusumah, Jakarta. Semua berjalan lancar, pesawat lepas landas dari bandara Halim pukul 08.40 WIB dengan tujuan Pangkalan Udara (Lanud) Hussein Sastranegara, Bandung.

Pesawat yang resmi bergabung dengan TNI AU pada 26 September 1976 ini tiba di Bandung pada pukul 09.00 WIB, disana 17 personel Paskhas AU dan seorang pelatih telah siap diangkut untuk melakukan latihan penerjunan. Orientasi misi penerjunan sesi pertama mulai dilakukan pada pukul 09.30 WIB. Usai menerjunkan siswa personel Paskhas, pesawat kembali mendarat di Lanud Hussein Sastranegara pada pukul 12.00.

Pesawat angkut ringan berdimensi rentang sayap 29 meter, panjang badan 23,56 meter, dan tinggi 8,5 meter ini kemudian melakukan persiapan penerjunan sesi ke-dua untuk 17 personel Paskhas lainnya. Cuaca saat itu diatas kota Bandung sudah terlihat mendung, usai segala persiapan penerjunan selesai dilakukan pesawat kembali lepas landas pada pukul 12.36 WIB.

Tak lama mengudara pesawat bermesin turboprop rolls Royce Dart RDa Mk 536-7R ini memutuskan kembali ke pangkalan (RTB/ Return to Base) dikarenakan cuaca yang bertambah buruk diangkasa Bandung. Pilot Kapten Penerbang I Gede Agus Tirta Santosa sempat melaporkan kondisi cuara yang memburuk ke tower lanud Hussein Sastranegara pada pukul 12.58 WIB, dan mengijinkan kembali pesawat untuk mendarat.

Di atas tower petugas air traffic control menyapu pandangan ke langit menembus pekatnya awan dan hujan deras diatas Lanud, jarak pandang horizontal dari tower hanya 2 km. Tanpa diduga tau-tau terdengar 2 kali ledakan keras dari arah hangar D Aircraft Service (ACS) PT. Dirgantara Indonesia tepat pukul 13.00 WIB. Ledakan menimbulkan bola api yang cukup besar, namun tidak berlangsung lama api mulai padam oleh air hujan yang turun tengah deras-derasnya.

17 Siswa bersama seorang instruktur dan 6 orang kru pesawat tewas seketika, mereka adalah prajurit berkualifikasi khusus Para lanjut tempur angkatan 33/2009 dan perwira penerbang TNI AU termasuk Kopilot Letnan Satu Yudho Pramono, anak dari Panglima Kodam Iskandar Muda Aceh, Mayor Jendral Soenarko.

Penyebab Kecelakaan

“Hasil penyelidikan sementara (kecelakaan) karena cuaca buruk” ungkap Kepala Staf TNI AU (KASAU) Marsekal Subandrio dalam jumpa pers yang dilakukan di Lanud Hussein Sastranegara Senin (6/4) malam. Menjelang jatuh pesawat yang dikemudikan pilot Kapten Gede Agus Tirta Santosa melaporkan ke tower Lanud bahwa ia menghadapi cuaca buruk. Sama halnya dengan pengakuan petugas tower, menjelang pesawat jatuh hujan memang sedang lebat-lebatnya yang disertai kilat dan angina yang cukup kencang.

“Kuat dugaan pesawat diterjang cross wind dari arah Timur ke Barat”, ujar Subandrio. TNI AU sendiri sudah membentuk tim khusus untuk menyelidiki hal ini tanpa melibatkan pihak lain, termasuk Komisi Nasional Keamanan Transportasi (KNKT). Menurut sejumlah saksi mata, pesawat terlihat oleng kearah kiri landasan sebelum sayapnya menyentuh atap hangar. Suara ledakan terdengar hingga radius 1 km, dan jarak landasan dan hangar sekitar 6 meter.

Pesawat langsung terbakar dan bagian ekornya tertancap diatas hangar, akibatnya tim evakuasi kesulitan memindahkan korban. Baru sekitar pukul 20.00 WIB seluruh korban dapat di identifikasi.

Penyelidikan akhir menyebutkan bahwa pada saat itu pesawat sudah berada diujung landasan untuk bersiap melakukan pendaratan dari arah Timur menuju Barat, namun karena hempasan angin samping (cross wind) berkecepatan sekitar 20 knot dari Utara ke Selatan yang berakibat arah pesawat melenceng jauh hingga menabrak Hanggar. Angin samping yang merontokkan pesawat berbobot lepas landas maksimum sekitar 20 ton ini dihasilkan dari gumpalan awan kumulonimbus di ketinggian 1500 kaki yang posisinya tak jauh dari Bandung, bahkan di Jakarta di jam yang sama terjadi hujan lebat disertai angin kencang yang membuat air hujan jatuh besudut 45 derajat.

Pesawat Kondisi Layak Terbang

Pesawat berkonfigurasi sayap utama High Wing yang mampu mendarat dan tinggal landas pada landasan pendek ini menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Bambang Sulistyo dalam kondisi layak terbang dan sudah sesuai prosedur. “Tidak ditemukan kejanggalan”, ujarnya.

Dibuat pada 1975 oleh pabrikan asal Belanda, Fokker 27 sebenarnya sudah masuk daftar pesawat yang akan segera diganti. Dari tujuh unit yang dimiliki, tinggal empat pesawat yang masih beroperasi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam instruksinya awal 2008 juga telah meminta TNI AU mengandangkan pesawat-pesawat tua yang sudah diatas 20 tahun. Markas Besar TNI AU sebenarnya telah mengajukan penggantian sejumlah pesawat tempur yang telah berusia di atas 20 tahun kepada Dephan. Beberapa jenis pesawat tempur yang akan diganti itu adalah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53, pesawat angkut Fokker-27, dan Helikopter Sikorsky.

Kita berharap kedepannya Pemerintah dapat jeli melihat kebutuhan dan kondisi yang ada, sehingga alutsista yang sudah uzur tidak lagi menyebabkan bangsa ini kehilangan putra-putra terbaiknya.









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine