Rabu, 27 Mei 2009

KRI Usir Kapal Perang Malaysia

Pada hari itu juga, kedua KRI juga berhasil mendeteksi sebuah helikopter Malaysian Maritime Enforcement Agency dan pesawat Beechraft yang terbang memasuki wilayah udara NKRI sejauh 40 mil laut,” katanya.(Sumber : Antara/Foto : Detik Foto/Dispen TNI-AL)



Kapal perang Malaysia kembali masuk wilayah perairan RI di wilayah Ambalat, Senin (25/5). Beruntung KRI Untung Suropati siaga dan berhasil mengusir kapal kapal perang TLDM/AL Malaysia berjenis fast attack craft - gun ini.

Surabaya - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Untung Surapati-872 mengusir kapal perang Malaysia yang memasuki wilayah RI di perairan Nunukan, Kalimantan Timur.Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Timur (Koarmatim), Letkol Laut Toni Syaiful, di Surabaya, Selasa, mengungkapkan, sempat terjadi adu argumentasi antara Komandan KRI Untung Surapati, Mayor Laut (P) Salim dengan komandan kapal perang Malaysia.

“Setelah dijelaskan, bahwa kapal perang tersebut melanggar UNCLOS 82 tentang batas wilayah, baru kemudian komandan KD YU-3508 diam dan selanjutnya kapal bergerak berputar haluan meninggalkan tempat sampai batas terluar perairan NKRI,” katanya.

Peristiwa itu terjadi Senin (25/5) menjelang fajar menyingsing. KRI Untung Surapati yang sedang melaksanakan operasi pengamanan perairan Ambalat, dikejutkan dengan kehadiran kapal perang Malaysia KD YU-3508 yang berada pada posisi 04.03.00 U/118.01.70 T (sekitar perairan Nunukan, Kaltim) dengan baringan 135.

Jarak kontak antarkedua kapal 8 mil laut, dan haluan 130 dengan kecepatan kapal perang Malaysia 16 knot.
Kapal TLDM KD Yu-3508

Mengetahui hal itu, KRI Untung Surapati langsung membayangi kapal perang Malaysia jenis Fast Patrol Boat (FPB) buatan tahun 1976 berbobot 244 ton itu dengan memberikan peringatan melalui radio komunikasi.

“Komandan kapal perang Malaysia itu menjawab akan berlayar menuju Tawao. Mendengar jawaban yang tidak memuaskan tersebut, Mayor Laut (P) Salim segera memerintahkan ABK (anak buah kapal) untuk melaksanakan peran tempur bahaya permukaan guna mengusir kapal perang Malaysia yang telah memasuki wilayah NKRI sejauh 12 mil laut,” kata Toni.

Sesaat kemudian, kapal perang Malaysia dengan panjang 44,9 meter, lebar 7 meter dan bersenjatakan meriam Bofors 57 x 40 milimeter dengan 36 personel tersebut bergerak menjauh.

Kapal tersebut tidak menuju arah Tawao, melainkan mengubah haluan menuju timur yang masih berada di dalam wilayah NKRI.

“Setelah KRI Untung Surapati melaksanakan pengusiran yang kedua, kapal perang Malaysia itu meninggalkan wilayah NKRI,” kata Toni.

Sehari sebelumnya, Minggu (24/5), KRI Untung Surapati-872 bersama-sama dengan KRI Hasanuddin-366 juga telah mengusir kapal perang Malaysia KD Baung-3509 dari perairan wilayah NKRI.

Sepanjang 2009 Malaysia Melakukan 9 kali Pelanggaran di Ambalat

AMBALAT - Suhu konflik di blok Ambalat kembali meningkat. Tiga hari berturut-turut hingga Selasa (26/5), pesawat dan kapal perang Malaysia melanggar wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

Kemarin, KRI Untung Surapati mengusir kapal Tentara Laut Diraja Malaysia, KD Yu-3508 yang mencoba memasuki wilayah kaya minyak tersebut. Sehari sebelumnya, kapal yang sama telah masuk ke dalam wilayah Indonesia sejauh 12 mil laut. "Mereka keluar setelah diberi peringatan tegas," kata Komandan KRI Untung Suropati Mayor Salim kepada Jurnal Nasional.

Tiga hari lalu, KRI Hasanudin-366 juga mengusir KD Baung-3509, helikopter Malaysian Maritime Enforcement Agency dan pesawat Beechraft yang mencoba memasuki blok yang terletak di perairan Laut Sulawesi itu. "Semakin hari makin meningkat pelanggarannya. Kami tak tahu apa maksud mereka," kata Salim.

Menurut data Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, dari Januari hingga April 2009 telah terjadi sembilan kali pelanggaran kedaulatan yang dilakukan militer maupun polisi Malaysia di perairan Kalimantan Timur.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, masih terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Malaysia di Ambalat. "Peta yang digunakan berbeda," kata dia.

Dia mendorong Departemen Luar Negeri sebagai penjuru perundingan perbatasan untuk mengintensifkan pembahasan. Masalah ini harus segara diselesaikan karena aparat di lapangan sering bergesekan. Masing-masing militer mendapat tugas untuk mengamankan wilayah. "Padahal, secara personal antar petinggi Angkatan Laut berhubungan baik," kata Tedjo.

Dia mengungkapkan, TNI Angkatan Laut menurunkan enam kapal perang yang digilir beroperasi di Ambalat. Kapal itu berasal dari Kesatuan Patroli Laut dan Pantai, Departemen Kelautan dan Perikanan, serta Polri. "Belum ada bentrokan. Mereka selalu mau saat diusir keluar," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1975 itu.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Iskandar Sitompul mengatakan, patroli Malaysia secara rutin melaksanakan lintas laut dari dan ke Tawau. Setidaknya setiap hari empat unsur beroperasi. "Saat kesempatan lintas laut itu, mareka sering mencoba masuk wilayah Indonesia," kata Iskandar.

Pengamat hubungan internasional Bantarto Bandoro mengatakan, Indonesia jangan terpancing dengan apa yang dilakukan Malaysia. Dia memerkirakan Malaysia hanya menguji kesiapan Indonesia dalam mengamankan Ambalat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara (13) Anti Teror (20) Asia (27) Berita (48) Eropa (5) Feature (10) Indonesia (55) Industri Pertahanan (47) Intelijen (9) Kerja Sama (91) Konflik (42) Latihan Perang (48) Luar Negeri (43) Militer (101) Pameran Teknologi (30) PBB (44) Perang (4) Pertahanan (155) Polisi (5) Politik (62) Serah Terima Jabatan (1) Teknologi (91) Timur Tengah (6) TNI (105) TNI-AD (46) TNI-AL (140) TNI-AU (83) tnial (3) Today's Pic (7) US Army (2) War (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Defender Magazine