SURABAYA - Sulit terealisasinya pemenuhan kebutuhan Alutsista (alat utama sistem pertahanan) TNI terutama kebutuhan kapal perang oleh produk buatan negeri sendiri dikarenakan adanya ketidakpercayaan, kurangnya modal kerja, dan rendahnya SDM yang berimbas pada kinerja.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur SDM PT PAL Indonesia (Persero) Sewoko Kartanegara dalam sambutannya, di PT PAL Surabaya, Kamis (30/10).
Dalam hal kepercayaan, kata Sewoko, masyarakat dan pemerintah Indonesia cenderung masih melihat produk buatan dalam negeri memiliki kualitas rendah namun mematok harga tinggi. Padahal pada kenyataannya produk dalam negeri mampu bersaing dan tidak diragukan kualitasnya. Terbukti, banyak negara lain yang justru memesan kapal di PT PAL.
"Bule saja mau beli, berarti produk kita berkualitas dan lebih murah dibanding produk buatan negara lain,"katanya. Saat ini, sambungnya, negara yang banyak memesan produk buatan PT PAL adalah AS, Norwegia, dan Turki.
Dalam hal pendanaan, lanjut Sewoko, terdapat kendala dengan adanya regulasi bahwa anggaran negara dalam hal pembelian kapal dan sparepartnya hanya dibelanjakan di luar negeri. Aturan baru yang memperbolehkan untuk dibelanjakan di dalam negeri sebenrnya sudah diatur namun belum ditetapkan.
"Sebenarnya aturan itu yang bikin kita sendiri, namun sekaligus yang mempersulit diri kita sendiri,"katanya.
Sementara itu kendala kinerja terjadi karena masih lemahnya SDM yang dimiliki, dibanding negara lain seperti Jepang dan Korea. Untuk itu, Sewoko menyatakan perlu adanya manuver perubahan budaya yang harus dilakukan untuk mengubah masyarakat lebih berjiwa maritim.
Ia mengakui itu bukan suatu hal mudah, namun akan bisa tercapai dengan dukungan semua pihak. "Tidak cuma Dephan, PT PAL, atau TNI, tapi semuanya harus bekerja bersama," tegasnya.
Saat ini, baru sekitar 15% dari keseluruhan kapal di TNI yang diproduksi oleh PT PAL. Jumlah tersebut tergolong kecil dan jauh dari harapan. "Masih sangat kecil. TNI punya kapal sekitar 130-an. Kita sudah buatkan 12 kapal berupa kapal patroli cepat 57 meter tipe NAV I-V," kata staf ahli produk unggulan PT PAL Edy Andarto.
Edy juga berharap pemerintah segera menentukan regulasi yang jelas dalam hal keuangan dan permasalahan yang dihadapi pihaknya. (*/OL-03)
Sabtu, 01 November 2008
Kendala Besar Hadang Pemenuhan Alutsista TNI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Program pengadaan pesawat MRCA (Multi-Role Combat Aircraft) RMAF Malaysia tengah memasuki tahap tender akhir, salah satu kandidat pesaw...
-
Jakarta (ANTARA News) - Angkatan Udara Republik Indonesia (RI) dan Amerika Serikat (AS) melakukan latihan bersama pengangkutan udara taktis ...
-
Magelang - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan bahwa pembuatan kapal jenis Perusak Kawal Ruda...
-
Magelang - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio mengatakan, penggantian pesawat Hawk-MK53 kemungkinan terganjal keterba...
-
JAKARTA - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim Ho young, ...
-
Yogyakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara menargetkan kenaikan rata-rata kesiapan pesawat sekitar 10 hingga 15 persen, dengan kenaikan a...
-
Fotografer - Rois Jajeli Penghitungan hasil suara Pilgub Jatim mendapat pengamanan super ketat. Selain polisi, Kodam V/Brawijaya juga menur...
-
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia tetap perlu melakukan modernisasi militernya, meski harus dilak...
-
Dua personil pasukan khusus bersenjata laras panjang masing-masing M16 dan AKA M, menelusuri lorong-lorong di wilayah perumahan dekat Sesko ...
-
Jakarta - Kementerian Pertahanan Indonesia dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Kamis, menandatangani Penataan Kerangka Kerja bagi Keg...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar