DEPOK - Industri militer memiliki peran strategis bagi pertahanan suatu negara. Pembangunan industri militer tak perlu menunggu suatu negara sudah kaya.
"Tidak ada satu negara yang tidak didukung industrial military complex. Untuk membangun itu, tidak perlu tunggu kaya dulu, miskin pun bisa dimulai," ujar pengamat ekonomi Faisal Basri dalam simposium nasional di UI, Depok, Selasa (30/3).
Pembangunan industri pertahanan tidak bisa tergantung pada negara lain. Sayangnya, industri penunjang yang paling utama untuk industri pertahanan malah kondisinya paling buruk di Indonesia, yakni KrakataU Steel (KS).
Menurut Faisal, PT KS bahkan tak mampu untuk memproduksi steel alloy dan aluminium alloy yang menjadi bahan dasar industri lain, termasuk industri militer. "Saya enggak mengerti dengan perencanaan industri pertahanan. Industri pertahanan kita malah membuat panser, sementara perang darat sudah tidak ada lagi. Akibatnya, panser disuruh menjaga Istana Wapres. Padahal, kita lebih butuh kapal karena kita negara kepulauan," ujarnya.
Ia menilai hal itu membuktikan bahwa orientasi pembangunan di Indonesia sudah melenceng. Padahal, industri yang paripurna bisa mendukung munculnya masyarakat kelas menengah. Kelas inilah yang akan memacu pertumbuhan di Indonesia.
"Kelas menengah akan memunculkan buruh militan, bukan pegawai bank, pegawai asuransi, artis. Industri yang didukung buruh militanlah yang akan maju. Itu tidak akan tercipta di Indonesia karena 85 persen pekerja tidak dilindungi kontrak sehingga tidak ada job security. Akhirnya, tercipta radikalisasi," cetusnya.
Untuk memulainya, industri militer mulai dari subsidi negara. Itu yang juga terjadi pada pembangunan industri Airbus dan Boeing sehingga maju saat ini. "Dulu ketika Menperin Rini Sugandi berdebat keras dengan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Purnomo ingin membeli kapal tanker. Dia mengusulkan itu semua impor karena lebih murah. Bu Rini ingin semua diproduksi dalam negeri tapi akhirnya nego, masing-masing lima. Itu juga yang bisa membangun industri kita ke depan," tandasnya.
Sumber : MEDIAINDONESIA.COM
Rabu, 31 Maret 2010
Pembangunan Industri Militer tidak Perlu Tunggu Negara Kaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Magelang - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan bahwa pembuatan kapal jenis Perusak Kawal Ruda...
-
Magelang - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio mengatakan, penggantian pesawat Hawk-MK53 kemungkinan terganjal keterba...
-
JAKARTA - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim Ho young, ...
-
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia tetap perlu melakukan modernisasi militernya, meski harus dilak...
-
PUSPEN TNI (14/11) - Pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Kontingen Garuda XX-F membantu pasukan tentara pemerintah Kongo (FARDC) memeran...
-
Beirut - Komandan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL) Mayjen Claudio Graziano mengatakan, tambahan pasukan infante...
-
JAKARTA - Dua unit pesawat jet tempur Sukhoi baru TNI Angkatan Udara (AU) yang tiba di Indonesia pada 26 Desember 2008, kini mulai menjalani...
-
Jakarta - Pengamanan Pemilu 2009 oleh TNI akan dilakukan secara selektif sesuai perkembangan situasi keamanan di daerah, terutama yang masuk...
-
SURABAYA - Satuan elite AL Amerika Serikat Navy Seal, Senin (12/1) berbagi pelajaran khusus dengan rekan seprofesi dari Pasukan Katak TNI AL...
-
JAKARTA - Sejumlah personel marinir Indonesia menunjukkan ketangkasan turun dari helikopter saat latihan bersama marinir AS 'Keris Eagle...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar